Ato Hertianto | Founding Partner
Seorang penutur cerita yang hebat tidak hanya sekedar membacakan cerita dengan lantang, meski demikian ia juga harus mampu membangkitkan emosi sebuah cerita dengan membangun suasana sesuai alur cerita melalui suara, gerakan alis, atau bahkan dengan menambahkan bunyi-bunyian dengan cara memukul dinding atau panci untuk memberikan efek suara yang mengagetkan atau menakutkan untuk membangun cerita yang menarik.
Begitu pula ketika sebuah brand bercerita, maka brand tersebut juga harus menggunakan alat-alat untuk menarik perhatian khalayaknya; bisa melalui sensor penglihatan, pendengaran, penciuman, maupun perasa. Selain itu, diperlukan interaksi dan komunikasi dengan khalayak melalui ‘alat’ yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan cerita. Alat-alat yang dipake seorang ‘penutur cerita’ selalu terus berkembang, terkadang semakin provokatif dan mengejutkan karena masing-masing ‘alat bercerita’ ini merupakan peluang untuk memperkuat brand dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuannya.
Semua brand akan selalu berupaya untuk berkomunikasi dengan konsumennya melalui berbagai media, baik media digital maupun non digital, bisa juga melalui kemasan, literatur dan tenaga pemasaran. Setiap media akan selalu memberikan kontribusi baik isi maupun pesan yang dimaksud.
Upaya-upaya Ini merupakan cara sebuah brand menyampaikan pesannya dan membangun hubungan dengan khalayak, tujuannya adalah untuk berkomunikasi secara relevan, konsisten ,dan berlangsung terus sampai pesan itu kemudian menjadi sikap karyawan dan juga para stakeholder lainnya.
Jika sebuah brand bisa bercerita dengan baik dan menarik, tentunya cerita ini akan selalu diingat dan akan terus diceritakan kembali oleh para pendengarnya. Terkadang cerita tersebut bisa menjadi bagian dari hidup pendengarnya. Untuk itu buat dan ceritakan selalu hal yang baik dan benar sesuai dengan harapan cerita dari sebuah brand.